23 Desember 2024

Dinkes Tulungagung Gelar Workshop Peningkatan Kapasitas Penanganan HIV/AIDS di Tulungagung

Spread the love

TULUNGAGUNG – Libas Malaka

Dalam rangka peningkatan kualitas layanan di berbagai fasilitas kesehatan (faskes) di Kabupaten Tulungagung utamanya dalam penanganan HIV/AIDS Kamis (22/ 06/2023) di ruang rapat Hotel Crown Victoria.

Dilaksanakan workshop peningkatan kapasitas layanan kesehatan untuk Tenaga Kesehatan, Dokter dan Faskes di Kabupaten Tulungagung yang terlibat langsung dengan pelayanan penderita HIV / AIDS.

Workshop dilaksanakan bekerjasama dengan Yayasan Kasih Suwitno yang merupakan Proyek Receptiannya Kementerian Kesehatan Republik Indonesia untuk melaksanakan pemetaan dan pencegahan HIV di Kabupaten Tulungagung.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung melalui Kepala Bidang P2 Dinas Kesehatan Didik Eka Sunarja Putra, menjelaskan, kegiatan ini merupakan kegiatan peningkatan kapasitas tugas untuk layanan kesehatan yang dikemas dalam bentuk workshop.

“ Untuk hari ini pesertanya ada 23 layanan kesehatan dan nantinya akan dilaksanakan secara bertahap karena jumlah faskes di Kabupaten Tulungagung ada 44 layanan Kesehatan,“ katanya.

Materi yang disampaikan dalam workshop kali ini adalah Ilmu tentang penanganan HIV dan semua prosedur serta peraturan yang harus dipatuhi selama menjalankan tugas.

Contohnya, seperti stigma negatif untuk para penderita HIV / AIDS (ODHA) oleh masyarakat yang tidak mengetahui bagaimana penularan HIV.

Lebih penting lagi faskes harus menguasai standar pelayanan bila di faskes nya terdapat warga yang memeriksakan diri ke faskes nya ternyata positif HIV, seperti apa sistem,mekanisme dan Prosedur yang harus dan wajib dilakukan.

Termasuk masyarakat perlu mengetahui bahwa pengobatan HIV tidak mengeluarkan biaya atau gratis.

“ Yang paling penting adalah memberikan informasi secara detail tentang bagaimana penularan HIV dan HIV itu tidak dapat menular melalui apa saja ?,” kata Didik Eka.

Harapan dari adanya workshop ini adalah penanganan HIV /AIDS di Kabupaten Tulungagung dapat terstruktur dengan baik dan stigma negatif di masyarakat menjadi hilang sebab HIV dapat diobati dengan ARV.

ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS).

ODHA adalah orang dengan (Human Immunodeficiency Virus) atau virus yang menyerang sistem imunitas tubuh sehingga menyebabkan kondisi yang disebut dengan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), yaitu sindrom (kumpulan gejala penyakit) akibat menurunnya sistem imunitas tubuh.

Program Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk HIV/AIDS memiliki target dunia 2020 yang disebut 90-90-90: 90% ODHA mengetahui statusnya, 90% ODHA mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) secara berkelanjutan, dan 90% ODHA yang sudah mendapatkan terapi ARV kadar virus di tubuhnya sudah tersupresi.

Salah satu hal yang penting untuk mencapai target ini adalah stop stigma pada ODHA, dan ODHA masalah fisik karena penyakitnya, melainkan juga mendapat masalah stigma atau cap buruk dari masyarakat akibat pemahaman masyarakat yang kurang tepat tentang HIV/AIDS maupun ODHA itu sendiri.

Stigma membuat ODHA menyembunyikan status HIV positifnya dan malu untuk memeriksakan kesehatannya. Akibatnya, ia tidak akan mendapat pengobatan dan perawatan yang bisa berakibat meningkatnya risiko kematian ODHA dan penularan HIV/AIDS di masyarakat.

Oleh karena itu, mari kita pelajari apa sebenarnya itu HIV/AIDS agar kita tidak mengganggap ODHA adalah orang yang buruk.

Penularan HIV hanya melalui darah, cairan seksual, dan air susu ibu (ASI). Oleh karena itu, HIV hanya bisa menular melalui transfusi darah yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang tidak aman, hubungan seksual, ibu menularkan ke anaknya, baik saat melahirkan maupun menyusui, dsb.

Masih ditemukan kesalahan persepsi yang berkembang di masyarakat, seperti masyarakat masih mengira bahwa HIV menular melalui sentuhan fisik seperti berpegangan tangan, menggunakan pakaian yang digunakan oleh ODHA, menggunakan peralatan makan bersama ODHA, hidup bersama ODHA, dsb. Sebenarnya, hal-hal tersebut tidaklah menularkan HIV.

Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari-hari kita bisa berinteraksi seperti biasa dengan ODHA dan tidak perlu menjauhi apalagi mengucilkan ODHA.

Sampai saat ini memang benar bahwa belum ada obat yang dapat menyembuhkan secara total HIV/AIDS. Namun, diagnosis HIV/AIDS bukan berarti vonis menunggu kematian.

Penanganan ODHA adalah dengan mengonsumsi obat ARV (antiretrovirus) seumur hidupnya sesuai dengan arahan dokter, ARV berfungsi untuk mengurangi jumlah HIV di dalam tubuh sampai tingkat HIV tidak dapat dideteksi dengan tes darah.

HIV tidak dapat dideteksi dalam darah bukan berarti bahwa pasien sudah sembuh dari HIV tapi pada prinsipnya adalah undetectable = untransmittable, yaitu apabila HIV tidak bisa dideteksi di dalam darah seseorang, maka orang tersebut tidak bisa menularkan HIV ke orang lain.

(Yud)

About Post Author