NTT Dilanda Hujan Lebat di Awal Musim Memicu Banjir Dan Longsor. BMKG NTT Minta Waspada
Kupang,libasmalaka.com – Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini tengah menghadapi potensi cuaca ekstrem, khususnya hujan lebat, di awal musim hujan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Stasiun Meteorologi BMKG NTT Sti Nenotek yang ditemui media ini pada Jumat (27/12/2024).
Meskipun musim hujan baru memasuki bulan pertama, intensitas hujan yang terjadi di NTT tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Fenomena La Niña menjadi faktor utama yang mendorong peningkatan curah hujan ini.
Sti Nenotek menegaskan “La Niña, fenomena iklim yang menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin dari biasanya, berdampak signifikan terhadap curah hujan di NTT. Fenomena ini diperkirakan akan meningkatkan curah hujan hingga 20-40% selama musim hujan tahun ini. Sebagai perbandingan, El Niño, fenomena yang berlawanan dengan La Niña, biasanya menyebabkan penurunan curah hujan. Pada musim hujan sebelumnya, NTT mengalami keterlambatan musim hujan akibat pengaruh El Niño, yang mengakibatkan kekeringan dan mendorong pihak berwenang untuk menyarankan para petani agar tidak menanam.”
“Selain La Niña, angin monsun Asia, yang membawa uap air dari benua Asia menuju Australia, juga berkontribusi terhadap peningkatan curah hujan di NTT. Angin monsun ini, bersinergi dengan La Niña, menciptakan kondisi yang mendukung terjadinya hujan lebat.”pungkasnya
Dinamika atmosfer, seperti gelombang Rossby ekuatorial, gelombang Kelvin, dan Osilasi Madden-Julian (MJO), juga berperan dalam memperparah curah hujan. Ketika gelombang atmosfer ini aktif dan melintasi NTT, curah hujan secara lokal dapat meningkat.
Akibat kombinasi faktor-faktor tersebut, hujan lebat telah terjadi di NTT dan wilayah lain di Indonesia. Di beberapa daerah, intensitas curah hujan mencapai level ekstrem, melebihi 100 mm dalam 24 jam. Hujan lebat ini menimbulkan risiko banjir, longsor, dan bahaya cuaca lainnya yang signifikan.
Sti Nenotek Menambahkan “Untuk meminimalkan dampak potensial dari cuaca ekstrem, BMKG telah menerapkan sistem peringatan dini dan secara aktif menyebarkan informasi cuaca kepada publik. Stasiun BMKG Kupang menggunakan teknologi radar untuk memantau kondisi cuaca dan mengeluarkan peringatan tepat waktu. Informasi cuaca juga disebarluaskan melalui berbagai platform media sosial seperti TikTok, Instagram, Facebook, dan YouTube. Aplikasi mobile “@InfoBMKG” juga menyediakan prakiraan cuaca, termasuk informasi khusus untuk daerah seperti Gunung Ile Lewotolok, yang saat ini sedang diawasi ketat karena potensi banjir setelah letusannya baru-baru ini.
“Selain potensi banjir akibat hujan lebat, NTT juga perlu mewaspadai bencana susulan dari erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur. Meskipun erupsi terjadi pada puncak musim kemarau, satu bulan setelah erupsi, wilayah Flores Timur memasuki awal musim hujan. Hal ini menimbulkan risiko banjir lahar hujan, yang dapat membawa bebatuan, partikel, dan material vulkanik dari gunung ke daerah di bawahnya. BMKG telah menerapkan sistem peringatan dini untuk bencana ini, menggunakan radar cuaca di Maumere untuk memantau awan hujan yang mengarah ke Gunung Lewotobi. Peringatan dini ini disebarluaskan melalui grup WhatsApp dan media sosial.”
“Musim hujan saat ini di NTT ditandai dengan curah hujan yang intens, didorong oleh fenomena La Niña, angin monsun, dan dinamika atmosfer. Peningkatan risiko cuaca ekstrem ini membutuhkan kewaspadaan dan langkah proaktif untuk meminimalkan potensi bahaya. Sistem peringatan dini BMKG, dikombinasikan dengan upaya mereka untuk menyebarkan informasi melalui berbagai saluran, berperan penting dalam memastikan keselamatan dan kesiapsiagaan publik.”Ujarnya
Anand