Kepala BP3MI Sorot Ancaman Dan Peluang Bagi Pekerja Migran Asal NTT
Kupang,libasmalaka.com – Kepala BP3MI (Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) menyoroti dilema yang dihadapi para pekerja migran asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Di satu sisi, terdapat peluang besar untuk meningkatkan pendapatan keluarga melalui pekerjaan di luar negeri, terutama di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Jerman, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat, dengan gaji yang mencapai 48-50 juta rupiah per bulan. Di sisi lain, kekhawatiran orang tua akan keselamatan dan kemungkinan perlakuan buruk, bahkan penyiksaan, terhadap anak-anak mereka yang bekerja di luar negeri tetap menjadi kendala utama.
“Orang tua memiliki ketakutan yang wajar. Mereka khawatirkan akan sesuatu yang tidak diinginkan terjadi disana, padahal ada banyak peluang kerja yang lebih baik daripada sekadar menjadi pembantu rumah tangga,” ungkap Suratmi Hamida Kepala (BP3MI) NTT yang di temui media ini dikantornya pada Jumat (27/12/2024)
Suratmi menekankan “bahwa peluang kerja di luar negeri tidak hanya terbatas pada pekerjaan informal. Banyak sektor formal yang membutuhkan tenaga kerja terampil, dan ini menjadi kesempatan bagi warga NTT yang memiliki keahlian, asalkan dibekali dengan kemampuan bahasa yang memadai. pentingnya peningkatan kompetensi, khususnya penguasaan bahasa asing, sebagai kunci sukses dalam mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan terlindungi.”
“Pemerintah daerah, baik Gubernur maupun Bupati/Walikota, harus memperhatikan tingginya angka pengangguran di NTT. Kita perlu memanfaatkan peluang ini dengan mengalokasikan anggaran dari APBD untuk meningkatkan kompetensi warga kita,” tegas Suratmi.
Lebih lanjut, Kepala BP3MI Suratmi Hamida juga menyoroti pentingnya perubahan pola pikir. Ia menekankan bahwa kesuksesan di pasar kerja saat ini tidak hanya ditentukan oleh ijazah, tetapi juga oleh kompetensi dan keahlian. “Kita perlu merombak pola pikir yang masih berfokus pada ijazah semata. Kompetensi dan keahlian jauh lebih penting,” ujarnya.
Suratmi juga menyoroti realita pahit pekerja migran asal NTT di Malaysia. Dari data yang ada, jumlah pekerja migran NTT yang legal di Malaysia sangat sedikit, sementara sebagian besar bekerja secara ilegal dan menghadapi risiko kesehatan yang tinggi, seperti gagal ginjal dan penyakit paru-paru. Hal ini disebabkan oleh kondisi kerja yang buruk dan kurangnya perhatian terhadap kesehatan para pekerja.
“Kita harus memastikan perlindungan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap pekerja migran kita. Kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan paguyuban pekerja migran sangat penting untuk mengatasi masalah ini,” pungkas Suratmi
Pernyataan Kepala BP3MI Suratmi Hamida ini menjadi pengingat akan pentingnya keseimbangan antara membuka akses peluang kerja di dalam negeri maupun diluar negeri dan memastikan perlindungan serta kesejahteraan para pekerja migran. Pemerintah diharapkan dapat lebih proaktif dalam memberikan solusi yang komprehensif, mencegah eksploitasi, dan memastikan keselamatan serta kesejahteraan para pekerja migran dari NTT.
Anand